Search

Selasa, 25 Januari 2011

-_-

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh Yayasan Kutilang Indonesia (YKI), beberapa jenis burung raptor yang ada di kawasan Gunung Merapi populasinya semakin menurun. Untuk jenis burung elang misalnya, Elang Jawa tinggal 3 ekor (2 betina, 1 jantan) dan Elang Hitam tinggal kurang lebih 9 ekor. Ada juga jenis yang lain seperti Elang Ular Bido dan Elang Brontok.

Swiss Winasis, bagian pengembangan program Yayasan Kutilang Indonesia (YKI), mengatakan hal ini kepada beritabumi, Rabu sore (8/11) melalui sambungan telepon seluler.


Pihaknya juga telah beberapa kali memantau keberadaan burung-burung ini paska letusan gunung Merapi. "Dari pantauan kami, burung-burung tersebut berkumpul di tempat yang tidak terkena letusan. Selain itu, karena kurangnya pakan di alam, burung elang ini memangsa ayam warga sekitar. Ini diketahui karena banyak warga yang mengaku kehilangan ayam-ayamnya karena dimangsa burung elang itu," ujarnya.


Lebih lanjut dia mengatakan bahwa YKI juga melakukan pemantauan terhadap aktivitas migrasi burung yang melewati kawasan Gunung Merapi. Berdasarkan pemantauan tersebut, diketahui beberapa jenis burung berkunjung ke Merapi setiap musim migrasi. Jenis burung itu antara lain Elang-alap Cina (Accipiter soloensi), Elang-alap Nipon ( Agularis), dan Sikep-madu Asia (Pernis ptylorhincus).


Ketika ditanyakan ancaman terhadap keberadaan burung-burung di Merapi, Swiss mengatakan ancaman tersebut antara lain kekurangan pakan karena banyak hutan yang rusak akibat letusan gunung Merapi sehingga kompetisi semakin ketat. Juga akibat perkawinan inbreeding (perkawinan antara keluarga-keluarga dekat atau sedarah, sehingga mengakibatkan kualitas peranakannya menurun, red).


Di samping itu, praktik perburuan liar terutama untuk jenis Elang Hitam menjadi ancaman serius terhadap kelangsungan hidup burung ini. Perburuan dimungkinkan karena di pasaran burung jenis ini harganya cukup mahal, mencapai kisaran ratusan ribu rupiah.


Dalam melakukan pengamatan, monitoring, dan penyelamatan, YKI melibatkan berbagai instansi seperti mahasiswa, pengamat burung, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), masyarakat lokal, dan masyarakat umum. "Bahkan ketika Merapi berstatus siaga, kita terus melakukan monitoring," ujarnya.


Selain itu, untuk memperlancar kegiatannya, sejak dua tahun lalu YKI telah membentuk pasukan khusus yang diberi nama Jogja Bird Rescue (JBR). JBR ini sengaja dibentuk untuk menyelamatkan burung elang dari pencurian para pemburu. JBR hingga kini masih terus berjalan dan menjalankan tugasnya sebagai penyelamat burung di kawasan Gunung Merapi.


Flora dan Fauna Merapi


Berdasarkan data dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam Yogyakarta, kawasan Gunung Merapi memiliki keanekaragaman hayati yang cukup banyak. Untuk jenis flora, di kawasan tersebut setidaknya terdapat kurang lebih 72 jenis. Pada hutan primernya didominasi oleh jenis Serangan (Castanopsis argentia), dan pada hutan sekunder dan hutan tanaman didominasi oleh jenis Puspa (Schima walicii) dan Pinus (Pinus merkusi). Disamping itu, pada kawasan hutan ini dijumpai jenis Anggrek endemik dan langka, yaitu Vanda tricolor.


Jenis anggrek yang ada di kawasan ini tidak kurang dari 47 jenis, antara lain Dendrobium saggitatum, D. crumenatum, Eria retusa, Oboronia similis, dan Spathoglottis plicata. Jenis-jenis lainnya, antara lain Acacia decurens, Bambusa spp, Albizia spp, Euphatorium inufolium, Lithocarpus elegans, Leucena galuca, L. leucoocephla, Hibiscus tiliaceus, Arthocarpus integra, Casuarina sp, Syzygium aromaticum, Melia azadirachta, Erytrina variegata, dan Ficus alba.


Disamping itu terdapat jenis tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan oleh penduduk untuk memenuhi kebutuhan mereka, yaitu jenis Rumput, Imperata cylindrica, Panicum reptans, Antraxon typicus dan Pogonatherum paniceum.


Sedangkan dari jenis fauna mencakup mamalia, reptil dan burung. Untuk jenis mamalia diantaranya adalah Macan Tutul (Panthera pardus), Kucing Besar (Felis sp), Musang (Paradoxurus hermaprodus), Bajing (Laricus insignis), Bajing Kelapa (Colosciurus notatusi), Kera Ekor Panjang (Macaca fascilcularis), Lutung Kelabu (Presbytis fredericae), Babi Hutan (Sus scrofa vittatus), Kijang (Muntiacus muntjak), dan Rusa (Cervus timorensis).


Berdasarkan hasil inventarisasi tahun 2001 diketahui ada 99 jenis burung. Beberapa diantaranya memiliki status endemik, yaitu jenis burung yang memiliki sebaran terbatas, antara lain Elang Jawa (Spizaetus bartelsi), Bondol Jawa (Lonchura leucogastroides), Burung Madu Jawa (Aethopyga mystacalis), Burung Madu Gunung (A. Eximia), Cabai Gunung (Dicaeum sanguinolenium), Cekakak Jawa (Halcyon cyanoventris), Gemak (Turnix silvatica) dan Serindit Jawa (Loriculus pusilus).


Dan beberapa jenis lainnya, seperti Elang Hitam (Ictinaetus malayensis), Jalak Suren (Strurnus contra), Betet (Psittacula alexandri), Alap-Alap Macan (Falco severus) , Elang Bido (Spilornis cheela), dan Walet Gunung (Collocalia volcanorum). Adapun untuk jenis reptil antara lain Ular Sowo (Dytas coros), Ular Gadung (Trimeresurus albobabris) dan Bunglon (Goneocephalus sp).


Forward from :

Tidak ada komentar: